Tante Yang Sangat Ganas, Aku kalah Dalam Percintaan Seks

Tante Yang Sangat Ganas, Aku kalah Dalam Percintaan Seks

Tante Tante Ganas - Aku punya rencana kembali ke Jakarta untuk urusan Imigrasi. Vira gembira mendengar aku akan kembali ke Jakarta. Tapi untuk ganti suasana, aku usulkan untuk bercinta di tempat lain yg kami berdua belum pernah kunjungi. Seteh pilih-pilih tempat dan disesuaikan dengan ukuran kantong kami, kami lalu memilih Kuala Lumpur, sekalian meninjau Petronas Twin-Towers.

Jadilah aku terbang ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, Vira langsung kukabari namun karena Vira masih masuk kantor dan akupun sibuk urusan imigrasiku, kami baru bisa janjian ketemu pada hari sabtu, padahal esoknya hari minggu sudah musti berangkat ke Kuala Lumpur.

Permainan game poker online indonesia Terpercaya Ternyata Di ASLI KARTU

Singkat Cerita, kami berdua bertemu di Cengkareng, tanpa ciuman dan gandeng tangan, kami menuju counter check-in, tak lama kemudian kami berdua sudah duduk di kursi pesawat yg siap berangkat ke Kuala Lumpur. Setelah pesawat mengudara dan seat-belt sudah boleh dilepas, tangan Vira mampir di pahaku, otomatis k0ntolku jadi tegang. Karena aku pakai Jeans, k0ntolku jadi agak sakit. Ia rupanya sudah paham.
“Adikmu sakit ya Mas?” tanyanya bercanda sambil mengelus-elus pahaku.
K0ntolku menjadi semakin tegang. Aku lalu meminta selimut kepada awak cabin, bukan kedinginan karena AC, tapi supaya tdk ada yg lihat aku melonggarkan ikat pinggang dan menurunkan resletingku. Karena pakai selimut tangan Vira menjadi lebih berani masuk ke celah resletingku, akhirnya mencapai k0ntolku yg masih ditutup celana dalamku yg sudah basah setempat.

Meskipun Vira sungguh pandai dalam merencanakan rangsangan, posisi kursi pesawat tdk memungkinkan berbuat macam-macam tanpa ‘bikin heboh’. Dengan terpaksa kutahan nafsu birahiku, tapi aku tetap mau balas biar iapun jadi ‘susah’. Dari dalam selimut, tanganku mengelus-elus dadanya. Sengaja aku tdk memasukkan jari-jariku ke dalam bajunya, cukup kuelus dari luarnya saja. Setelah kulihat Vira menjadi agak “tdk tenang”. Ia mendengus pelan, “Enghh.. hh..”

Tanganku kuturunkan ke pahanya dan terus ke antara kedua pahanya. Aku berhasil membuatnya merasakan rangsangan birahi yg aku tahu tak bisa disalurkan. Ia cuma bisa mendesah, “Hhh.. hh.. hh..”

Setengah perjalanan sudah berlalu, kami berdua masih terus saling meraba dengan tujuan merangsang pasangan masing-masing supaya pada ‘nggak tahan’ lagi. Tapi tiba tiba harus kami stop karena ada seorang wanita meminta bantuan, rupanya TKW yg tdk tahu cara mengisi kartu registrasi kedatangan untuk bandara Kuala Lumpur. Karena terganggu nafsu kami jadi hilang dan kami berdua jadi senyum-senyum sendiri.

Tiba di Kuala Lumpur, kami langsung menuju hotel MLA di sekitar jantung kota Kuala Lumpur. Seperti biasanya check-in, diantar oleh pelayan hotel ke kamar, pasang tanda DO NOT DISTURB di gagang pintu, kunci pintu.
“Sayang.. akhirnya sampai jg ya,” membuka keheningan.
Aku merasa badanku agak hangat dan sendi-sendiku agak linu seperti mau sakit flu. Soalnya baru perjalanan jauh dari Brisbane ditambah kemarin baru saja ML ‘keluar bareng’ di Jakarta.
“Ehm..”

Aku tahu kalu ia sudah malas ngomong berarti aku harus tahu diri jangan kaya NATO (No Action Talk Only) yg dulu. Kupeluk ia dengan lembut dan mesra dari belakang, kedua telapak tanganku menelungkupi kedua buah dadanya, kucium belakang telinganya lalu turun ke leher kanan, kukecup dan kusedot lehernya.
“Enghh.. sshh..,” ia mulai mendesis, ia tak kuatir lagi akan tanda merah di lehernya.

Ciumanku perlahan pindah ke leher kiri sambil kedua tanganku mengangkat bajunya ke atas. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas memudahkan bajunya dilepas keatas. Bajunya kulemparkan ke kursi, aku lalu membuka bajuku sendiri.
Aku tetap berdiri dibelakang Vira, kini aku telah bertelanjang dada sedang tubuh bagian atas Vira hanya mengenakan BH. Kembali kupeluk ia dari belakang, bibirku mencium telinganya, kedua tanganku bergerak naik dari perutnya kebawah buah dadanya. Perlahan jari-jari tanganku menyelip keatas kedalam BHnya, langsung menangkup kedua buah dadanya.
“Aduh.. Ari.. enak.. auuhh”

Tangan kiriku tetap terus menyelip di dalam BHnya sedang tangan kananku bergerak keluar lalu ke punggungnya, melepaskan Klip BHnya. Lepaslah BHnya, kini kedua tanganku bebas memutar-mutar kedua putingnya secara bersamaan.
“Auh.. enghh..,” desisnya makin jelas terdengar.
Sejenak kemudian ia mendadak berbalik sehingga tanganku terlepas dari buah dadanya. Ia lalu mencium dan melumat bibirku. Tanganku yg tadi terlepas sekarang telah menemukan kembali kedua buah dadanya yg kini berada didepanku.

Kuelus-elus kedua buah dadanya lalu kupencet lembut putingnya dengan ibu jari dan jari telunjukku.
Tanpa melepas ciumannya, tangan-tangan Vira membuka ikat pinggangku dan membuangnya ke kursi. Resletingku diturunkan, otomatis Jeansku jadi longgar, lalu Vira turun berjongkok di depanku menurunkan Jeansku yg sudah longgar itu. K0ntolku sudah mengeras, ujung kepalanya nongol sedikit dari atas celana dalamku yg berwarna merah. Ia lalu menempelkan hidungnya ke k0ntolku dari luar celana dalamku sambil jari telunjuk kanannya disentuh-sentuhkan keujung kepala kemaluanku yg nongol dari celana dalamku.

Dengan telunjuknya itu, ia oles-oleskan cairan beningku hingga merata ke topi bajaku, lalu dipelorotkan celana dalamku akibatnya k0ntolku mental kedepan seperti pegas dan mengenai hidungnya. Ia mendongak dan memundurkan sedikit hidungnya sambil membuka mulutnya, otomatis kepala kemaluanku jatuh kedalam mulutnya. Ia lalu menutup mulutnya dan menghisap kepala kemaluanku sambil melirik keatas menatap mataku.

Oh.. nikmat sekali hisapan mulutnya itu. Tanpa memegang k0ntolku, ia terus menghisap, mengulum dan pelan-pelan memasuk-keluarkan kemaluanku. Sulit kunyatakan enaknya kuluman dan hisapannya. Setdknya 15 menit aku terlena dalam keadaan berdiri. Selang beberapa saat aku ingin gantian kerjain dia, kuangkat, kugendong lalu kurebahkan tubuhnya terlentang diatas ranjang. Aku sudah dalam keadaan telanjang sedangkan ia masih memakai celana panjang meskipun bagian atasnya sudah tanpa busana lagi.

Aku lalu berjongkok disisi bawah tempat tidur, membuka ikat pinggangnya, menurunkan resletingnya lalu menarik lepas Jeansnya. Celana dalamnya kelihatan agak lembab, segera aku tarik turun lewat kakinya. kini lengkaplah sudah ia telanjang bulat dihadapanku. Kutarik kakinya supaya pantatnya rata dengan tepi tempat tidur dimana aku berjongkok.
Ia sudah dapat menebak apa yg akan kulakukan makanya iapun membuka kedua pahanya. Aku tahu kemaluannya sudah ingin dijilati dan digelitiki oleh lidahku, tapi aku memulainya dengan menjilati pangkal pahanya dulu, yg kanan lalu yg kiri, kemudian malah naik keperut. Pantatnya bergerak-gerak, iapun menggeliat dan mengerang,
“Emmmhhhhh.. uusshhhhh”

Aku masih belum mau menjilati memeknya. Sambil menciumi perutnya, kusibak bulu-bulu kemaluannya sehingga tampak belahan bibirnya. Jari telunjuk kananku kumasukkan pelan-pelan kedalam lubangnya lalu pelan-pelan kuputar-putar sedangkan ciumanku terus bergerak naik kedadanya.
“Auhhh.. aduhhh.. Ari.. kamu gila..”

Akupun jadi makin bernafsu, kusedot puting kanannya sedangkan puting yg kiri kujepit dengan jari-jari tangan kiriku sementara jari telunjuk tangan kananku masih tenggelam di dalam lubang kemaluannya. Sesekali kurasakan cincin memeknya menjepit jariku. Meski dalam keadaan terangsang, aku masih bisa terkagum-kagum, bagaimana mungkin jari telunjukku sekecil ini bisa dijepit sekeras ini. Kalau tdk merasakan sendiri rasanya aku sulit percaya. Puting susunya terus kelumat, sedot dan di dalam mulutku kujilati ujungnya. Vira hanya bisa memegang rambut dan kepalaku sambil menahan kenikmatan yg menderanya.

Permainan game poker online indonesia Terpercaya Ternyata Di ASLI KARTU

Kini kurasakan sudah saatnya mulutku kuturunkan dari buah dadanya, sasarannya adalah celah diantara kedua pahanya. Kubuka kedua pahanya lebih lebar lagi sehingga belahan memeknya ikut sedikit membuka. Segera kubenamkan lidahku membelah celahnya. Kali ini ia langsung menjerit “Awh.. uh..” mengejang, tak sadar badannya agak bangun membungkuk keatas. Lidahku lalu menyapu belahannya itu keatas dan kebawah sambil kedua tanganku mengelus-elus pangkal pahanya dan sekitar lubang kemaluanya, sesekali kutekan-tekan gundukan bibir kemaluannya.
“Ouhhh.. Ari.. terus sayang.. uuhhh.. sayang.. aduhhh”

Seranganku kutingkatkan lagi, dengan jari-jari tanganku kubuka lebih lebar lagi belahan memeknya sampai kulihat bagian dalam kemaluannya yg kemerahan. Segera kusapu lagi dengan lidahku.
“Aaawwww.. Ri.. aduhh.. terus sayang..terus..aduhhh.. gila kamu Ri..”
Rasanya hampir 20 menit mulut dan lidahku menempel dan menyapu lubang kemaluannya, sudah waktunya bagiku untuk memasukkan k0ntolku kedalam lubang kemaluannya ini. Kemaluanku pun sudah mengeluarkan cairan bening dari tadi. Aku lalu bangun berdiri tetapi agak berkunang-kunang karena terlalu lama jongkok. Tanpa buang waktu lagi, kuarahkan k0ntolku ke lubangnya yg sudah basah akibat liurku dan cairan memeknya. Bless.. masuklah k0ntolku ke dalam memeknya. Rupanya ia memang sengaja tdk ‘mengunci’ cincinnya itu dengan begitu tdk terlalu sulit untuk menembusnya.

Dengan tetap berdiri di tepi ranjang, aku bergerak memompa maju mundur. Lagi-lagi ia masih belum mau menggunakan cincinnya itu sehingga aku masih dapat memompa maju mundur dengan cepat, tetapi erangannya makin keras terdengar setiap k0ntolku melesak masuk. Aku terus memompa dengan cepat tanpa istirahat, aku berharap benar dengan gaya baru kali ini aku dapat membuatnya ‘keluar’ lebih dahulu. Harapanku rupanya cuma tetap jadi harapan, sudah lewat 25 menit sejak kumasukkan kemaluanku dan bergerak non-stop mengocoknya begini, masih belum ada tanda-tanda ia akan ‘keluar’.

Karena ‘olah raga memompa maju mundur’ ini kulakukan terus-menerus sembil berdiri, keringatku mulai keluar membasahi tubuhku, pinggangku mulai capek, tapi kumantapkan niatku untuk bertahan mengocoknya. Aku lalu bilang padanya,
“Masih bandel jg ya? Aku pengen liat, kamu atau aku yg keluar duluan.”

Baru selesai omong, tiba-tiba kurasakan sulit untuk maju mundur karena k0ntolku seperti dicengkram oleh cincin memeknya. Auhh.. kini giliran aku yg keenakan. Rupanya aku omong terlalu sesumbar sehingga ia ingin ‘memberi pelajaran’ padaku. K0ntolku benar-benar seperti dicengkram dan diremas, seret sekali masuk keluarnya. 15 menit kembali lewat, kini k0ntolku sudah mulai berdenyut-denyut rasanya kali ini kok aku bakal nggak kuat menahan jepitannya.
“Kamu capek Say? sekarang gantian ya, lepas dulu dong, lalu kamu naik kesini sambil sandaran kedinding ya.” Akupun mencabut k0ntolku dari memeknya. Tanganku ditariknya agar aku naik ke ranjang. Ia lalu bantu mendorong agar aku bergerak menyandar ketembok dibelakang tempat tidur.

Setelah aku duduk disisi atas tempat tidur sambil bersandar ketembok Vira naik ke pahaku, berjongkok lalu memasukkan k0ntolku ke memeknya, lalu pelan-pelan menurunkan tubuhnya hingga duduk di selangkanganku. Ujung kemaluanku rasanya seperti mentok ke dinding rahimnya.

Ia melingkarkan kedua tangannya ke belakang leherku lalu bibirnya mencium dan melumat bibirku, kedua buah dadanya terasa menekan dadaku. Kurasakan k0ntolku yg sedang terbenam menjadi tambah mengeras dan berdenyut didalam kemaluannya. Cengkraman cincinnya kembali mendera k0ntolku, kini iapun menambah serangannya dengan menaikturunkan tubuhnya sambil ‘cincin’ memeknya menjepit kemaluanku sedang mulutnya mengunci mulutku. Kedua buah dadanya menekan dan menggesek dadaku.

Permainan game poker online indonesia Terpercaya Ternyata Di ASLI KARTU

Dalam kurang dari 15 menit aku sudah dibuat megap-megap menahan serangannya. Iapun berhenti naik turun untuk meberi aku napas, namun cincin memeknya tetap ia rapatkan. Aku sungguh heran, bagaimana ia bisa mempertahankan kontraksi cincinnya non-stop selama itu. Ia tersenyum penuh kemenangan, katanya “Kalau aku mau sekarang ini kamu sudah kalah”
Dalam hati aku mengakui bahwa ia benar. Akupun menjawab,
“Ok, akhirnya kamu menang.”

Aku masih heran kok aku bisa dikalahkan dalam total waktu hanya sekitar 1 jam 30 menit, padahal biasanya ‘pertarungan’ku dengan Vira umumnya mencapai total 4 atau 5 jam, itupun selalu berakhir seri 1 – 1 karena sama sama sepakat mengalah untuk ‘keluar’. Aku masih belum sadar bahwa aku sudah mulai kena flu sejak tiba di Airport tadi dan sampai sekarang belum istirahat.

Vira mencium keningku, pipiku dan bibirku, sambil terus mempermainkan cincin memeknya. Jepit, longgar, jepit, longgar, mungkin istilahnya empot ayam. Ia tdk menaikturunkan pantatnya karena ia sadar akan kondisiku yg hampir di puncak, namun ia mau agar aku merasakan nimatnya ‘proses ke puncak’ tanpa sampai ‘kelewatan’.
“Udahan dulu ya, kita mandi yuk, kan dari Jakarta sampai sekarang belum mandi,” tawarnya.
“Boleh.. biar istirahat dikit.. kamu nyalain dulu airnya ya biar bath-tub nya terisi,” kataku.
Ia menaikkan pantatnya melepas k0ntolku dari memeknya lalu turun dari tempat tidur menuju kamar mandi dan menghidupkan kran air di bath-tub. Aku kemudian bangkit jg menuju ke kamar mandi. Kulihat ia sedang duduk di closet membersihkan memeknya yg basah dengan campuran cairan beningku dan lendir memeknya.

Meski air dalam bath-tub belum terlalu dalam, aku langsung masuk dan duduk berendam sambil bersandar pada dinding bath-tub. K0ntolku yg masih keras itu pelan-pelan melemas setelah terendam dalam air. Virapun masuk ke bath-tub dan ikutan duduk berendam. Iseng-iseng tangannya mengelus-elus k0ntolku untuk membersihkan lendir yg melekat di k0ntolku. Elusan jari-jari tangannya membuat kemaluanku kembali menegang. Ia tertawa kecil saat merasakan ‘anuku’ berdenyut mengeras di tangannya. Setelah dilihatnya kemaluanku sudah bersih, ia bilang,
“Coba mundur dikit dong”. Akupun bergerak mundur dan bersandar pada ujung bath-tub untuk memberi ruang yg lebih panjang baginya.

Ia lalu mencabut sumbat bath-tub sehingga airnya pelan-pelan berkurang. Setelah airnya hampir habis, turun hingga setinggi biji kemaluanku, sumbatnya dipasang lagi. Kini k0ntolku berada di atas permukaan air sedangkan biji kemaluanku setengah tenggelam. Tangannya kembali mengelus-elus k0ntolku, lalu ia mengambil posisi nungging di depanku. Pelan-pelan kepalanya diturunkan dan mulutnya diarahkan ke kepala kemaluanku. Mulutnya membuka lalu mencaplok kepala kemaluanku, tangan dan siku kirinya dipakai menunjang tubuhnya agar tetap menungging sedang jari-jari tangan kanannya mengocok k0ntolku maju mundur. Mulutnya sampai kempot menyedot kepala kemaluanku. Aduhh.. rasanya sungguh luar biasa.

Sesaat kemudian, jari-jari tangan kanannya bergerak maju memegang pangkal k0ntolku sambil mulutnya bergerak maju-mundur. Nikmat yg kualami sungguh tak terbilang.. ini adalah oral seks yg ternikmat dalam hidupku. Sampai saat ini masih yg ternikmat bagiku. Mulutnya terus maju mundur sampai k0ntolku kelihatan memerah, kemudian fokusnya dialihkan ke sekitar leher kemaluanku. Dihisap-hisapnya kepala kemaluanku sampai dilehernya, digigit-gigit kecil belakang topi bajaku, lidahnya disapu-sapukan kelilingnya, lalu kepala kemaluanku dicaplok dan disedot dengan kuat lalu dikulum-kulum. Lidahnya menari-nari didalam mulutnya menyentuh-nyentuh lubang pipisku. Setelah itu kembali ia maju mundurkan mulutnya namun hanya sampai dilehernya saja, tdk sampai kepala kemaluanku keluar.

Rupanya Vira ingin menunjukkan bahwa tdk hanya memeknya saja yg bisa ‘mengalahkanku’, ia ingin ‘mengalahkanku’ dengan mulutnya. Ia terus-menerus menjilat, mengulum dan menghisap k0ntolku hingga aku benar-benar merem melek dibuatnya. Tetapi pada dasarnya aku memang tdk pernah bisa ‘keluar’ dimulut wanita jika tdk kupaksakan sendiri untuk ‘keluar’ (Istriku pernah menyedotku selama 45 menit hingga lehernya pegal dan aku tetap tdk keluar), namun Vira tak tahu akan kebiasaanku ini sehingga ia berpikir aku pasti ‘keluar’ oleh serangannya.
Setelah hampir 20 menit non-stop menyerangku, ia melirikku lalu melepaskan mulutnya dari kepala kemaluanku.
“Enak nggak?” tanyanya sambil tangan kanannya tetap memegang k0ntolku.
“Ini yg paling enak dari semuanya,” kataku.
“Naik lagi ke tempat tidur yuk.. tapi gendong ya.. capek sih,” katanya.
Aku keluar dari bath-tub lalu menariknya agar bangun kemudian menggendongnya ke ranjang. Kami sudah tdk perduli lagi bahwa tubuh kami masih setengah basah.
Aku kembali berada diatasnya dengan posisi push-up, ia membimbing k0ntolku masuk ke lubangnya, bless.. masuklah k0ntolku. Ia memekik,
“Awk..” agak sakit karena masih seret.
Aku terus memacu pantatku menyodok lubang kemaluanku. Disetiap hentakan pantatku ia selalu heboh
“Awww..awww..”

Rasanya 15 menit berlalu, kemaluanku rasanya sudah berdenyut-denyut lagi, artinya aku sudah hampir di puncak. Agar tdk kalah, aku kurangi ke cepatanku lalu aku minta ganti posisi.
Sambil menjaga agar kemaluanku tdk lepas, kami berbalik, kini ia berada diatasku. Sejenak ia hanya duduk saja diatasku tdk bergerak. Ia rupanya menikmati denyutan k0ntolku. Kurasakan jepitan memeknya meningkat seakan-akan memeras k0ntolku.

Setelah hampir 10 menit kemudian. Ia melihat aku sudah ‘hampir sekarat’ karena permainan jepitan memeknya, ia lalu meletakkan kedua lenganku ke atas kepalaku dan dipegangnya dengan kedua tangan kanannya yg jg untuk menopang tubuhnya. Mulutnya diturunkan mencium bibirku sambil pantatnya mulai dinaik-turunkan. Puting buah dadanya yg bergantung-gantung menggesek-gesek dadaku menambah sensasi nikmat serangannya. Saat kemaluannya ditarik sampai ke leher kemaluanku jepitannya dilonggarkan, saat mau diturunkan dikeraskan lagi dan seterusnya.

Kini aku benar-benar ‘sudah sekarat’. Ia justru mempercepat gerak naik turun pantatnya. Aku mencoba mati-matian bertahan, setiap kali pantatnya diturunkan, aku mengejang dan mendengus “Enghh.. enghh.. enghh.. enghh,” tetapi aku tdk mampu bertahan lagi. Rasanya kurang dari 5 menit setelah ia mempercepat naik-turun sambil menjepit, kemaluanku berdenyut-denyut dan akhirnya, “Uhh..” pertahananku jebol, aku muncrat di dalam lubang kemaluannya. Disaat kemaluanku berdenyut menyemprot air maniku, ia terus naik turun dan mengeraskan cincin memeknya. Lemaslah tubuhku, seluruh otot-ototku rasanya terlepas dari tulangku, kenikmatannya betul-betul enak.

Vira tdk langsung bangkit, ia hanya berbaring di dadaku dengan k0ntolku masih menancap di memeknya. Pelan-pelan k0ntolku melemas. Campuran sperma dan lendirnya mengalir keluar dari lubangnya, meleleh ke selangkanganku dan ke sprei ranjang. Ia menggeliat ke telingaku dan berbisik
“Satu nol ya..,” sambil tersenyum.
Pembaca, itulah hari pertama kami di Kuala Lumpur. Tubuhku rasanya agak lemah, tapi aku masih saja berpikir
“Ah tdk apa-apa, mungkin sebentar lagi jg pulih.” Hari kedua dan seterusnya kami tetap hangat bercinta.
Sesekali aku masih bisa “menang” namun lebih banyak “kalah”.

Tubuhku sudah tambah lemah, aku akhirnya sadar sudah jatuh sakit. Di hari ke delapan terakhir sesaat sebelum meninggalkan hotel menuju bandara, aku masih nekat ‘menantangnya’ lagi dengan kekuatan terakhir, hasilnya aku ‘kalah’ lagi. Aku sudah tak ingat berapa skor akhir kami, yg jelas aku ‘kalah’.

Dibandara kami berpisah, pesawatku berangkat dahulu kembali ke Australia sedangkan Vira sejam kemudian kembali ke Jakarta. Dipesawat suhu tubuhku kian naik, otot-otot tubuhku rasanya linu dan tdk bertenaga. 7 jam perjalanan cuma bisa di kursi saja tambah menyusahkan. Setibanya di rumah, aku benar-benar jatuh sakit, sempat muntah-muntah pula. Untung waktu cuti kerjaku belum habis sehingga tdk perlu ditambah dengan cuti sakit lagi. Tetapi yg paling sebal, aku penasaran dikalahkan oleh Vira, telak lagi. Seharusnya aku istirahat terlebih dahulu setelah tiba di Kuala Lumpur hingga flunya hilang dulu dan tdk langsung ngajak ‘perang’, toh masih ada hari-hari esoknya.

Sayangnya aku tdk dapat membalas kekalahanku karena itulah terakhir kalinya aku bertemu dengannya. Pada kedatanganku ke Jakarta yg berikutnya, aku tdk dapat menemuinya. Kini Ia sudah pindah ke Kalimantan. “Vira” if you read this story then you should know that I could be better. But any way, no excuses, I admit that you have won!”

Permainan game poker online indonesia Terpercaya Ternyata Di ASLI KARTU

Share this

Related Posts

First